Minggu, 27 November 2011

Tehnik Pengumpulan data


1.        Dokumen
Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. Kalau alat pengambil datanya cukup reliabel dan valid. Maka datanya juga akan cukup reliabel (dipercaya) dan valid (sah). Namun, masih satu hal lagi yang perlu dipertimbangkan, yaitu kulifikasi si pengambil data.
Jenis data yang diambil dibagi menjadi 2, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti(atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya. Data sekunder itu biasanya dalam bentuk dokumen-dokumen. Untuk itu peneliti mengumpulkan data-data tertulis berupa daftar nilai IPA siswa.

2.        Observasi
Observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu (Sarwiji Suwandi, 2008:46)
Observasi ini dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwayang melingkupinya. Langkah-langkah onservasi meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas dan pembahasan balikan.

3.        Wawancara
Sumber data yang  penting dalam penelitian adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai nara sumber (informan). Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data itu diperlukan teknik wawancara. Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan secara langsung yaitu percakapan dan tanya jawab kepada siswa secara langsung tanpa perantara. Wawancara ini juga dilakukan secara tertutup dan bebas, agar siswa dapat mengungkapkan permasalahan, keinginan dan kebutuhannya dalam kegiatan pembelajaran. Wawancara ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut dan dipergunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang  kondisi siswa sebelum pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual.

4.        Tes Hasil Belajar
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan sesuatu, keterampilan, pengetahuan, penguasaan dan sebagainya. Teknik pengumpulan data penelitian ini berupa soal-soal yang disajikan ini guna mengetahui hasil atau nilai yang dicapai siswa dalam IPA. Peneliti menggunakan tes awal, tes proses, tes akhir untuk membandingkan hasil tes siswa.

Pengertian Kontekstual


b.      Pengertian Kontekstual
Menurut Blanchard (2001) dalam Triyanto (2007) menyatakan bahwa pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotifasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga.
(University of washington (2001) dalam Triyanto (2007), Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan SMU untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah masalah yang disimulasikan

Menurut Blanchard (2001) dalam Triyanto (2007) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya.
Menurut Triyanto (2007:105), Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari

c.        Strategi Pendekatan Kontekstual
Menurut Triyanto (2007:105-115), Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Adapun penjelasan tiap-tiap komponen tersebut di atas diantaranya sebagai berikut :
1)            Konstruktivisme (contruktivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir atau filosofi pendekatan kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta. Konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksikan pengetahuan itu dan member makna melalui pengetahuan nyata.
Dengan demikian siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan  ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan  kepada siswa. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak siswa sendiri. Esensi dan teori ini bahwa siswa harus menemukan dan  mentranformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan bila perlu informasi itu menjadi milik sendiri. Oleh karena itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan.
Dalam pandangan konstruktivisme “strategi memperoleh” lebih diutamakan dari pada seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Pendekatan untuk memperoleh pengetahuan itu dapat dilakukan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi artinya struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hasil pengalaman baru.
2)             Menemukan (Inquiri)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran barbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Untuk itu guru harus merancang kegiatan menemukan apapun materi pembelajaran.
Untuk merancang pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan ini, ada empat langkah yang dapat diikuti antara lain: 1) merumuskan masalah, 2) mengamati dan mengobservasi, 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya, dan 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya para pembaca, teman sekelas, guru kelas audien lainnya.
3)           Bertanya (Questioning)
Questioning atau bertanya merupakan strategi utama utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya dalam kegiatan pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bertanya dalam kegiatan pembelajaran bermanfaat untuk : 1) menggali informasi, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon pada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4)         Masyarakat belajar ( learning community )
Konsep learning community atau masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Dengan demikian, hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman, antar kelompok,  antara yang tahu dan yang belum tahu baik diruang kelas, juga dengan orang yang ada diluar kelas, maupun yang menjadi anggota masyarakat belajar. Untuk itu, pembelajaran selalu disarankan dalam kelompok- kelompok belajar yang anggotanya bersifat heterogen sehingga yang pandai dapat membimbing yang lemah, yang tahu dapat membimbing yang belum tahu, yang cepat menangkap dan mendorong yang lambat, yang mempunyai gagasan dapat memberi usulan pendapat, dan seterusnya. Jadi learning community ini dapat terwujud apabila dalam pembelajaran itu terjadi proses komunikasi dua arah. Sehingga dalam pembelajaran itu tidak ada pihak yang di mana dalam komunikasi, dan tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak saling mendengarkan.
5)           Permodelan
Yang dimaksud permodelan dalam pembelajaran kontekstual ini adalah bahwa dalam pembelajaran baik itu berkaitan dengan pengetahuan ataupun keterampilan diperlukan model yang biasa ditiru oleh siswa. Permodelan ini dapat berkenaan dengan cara mengerjakan atau melakukan sesuatu. Dalam pendekatan ini guru bukannya satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, dapat pula model didatangkan dari luar kelas tergantung materi yang diperlukan permodelannya.
6)            Refleksi (reflection)
 Refleksi atau (reflection) merupakan cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang dilakukan di masa lalu. Siswa mengandalkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Dengan demikian, refleksi ini merupakan respon terhadap apa yang baru saja diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Artinya pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas sedikit demi sedikit dalam hal ini, guru berkewajiban membantu siswa dengan menciptakan hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan baru, sehingga siswa merasakan manfaat pengetahuan yang baru saja diperoleh. Jadi, yang menjadi kunci dalam refleksi ini adalah bagaimana menciptakan agar pengetahuan yang baru itu dapat mengendap pada benak siswa.
7)             Penilaian yang sebenarnya (Authentic assessment)
Penilaian atau assessment yaitu proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar ini perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru dapat segera mengambil langkah yang tepat untuk perkembangan belajar ini perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa teleh mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru dapat segera mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi kemacetan yang terjadi pada siswa. Untuk itu, assessment ini dilakukan sepanjang proses, bukan hanya pada akhir periode baik semester akhir, melainkan assessment ini dilakukan dan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, penilaian tentang kemajuan belajar siswa dilakukan secara proses, bukan hanya dari hasil. Untuk itu penilaian tidak hanya oleh guru, tetapi dapat pula dilakukan teman siswa.  

Pengertian Pendekatan


a.           Pengertian Pendekatan
Wardani (2001:6.4) dalam Ambar Setyowati Sri H (2007) mengemukakan bahwa pandekatan (approach) adalah seperangkat asumsi yang saling berkaitan dengan hakikat bahasa, hakikat pengajaran bahasa serta hakikat apa yang diajarkan. Pendekatan bersifat aksiomatis artinya bahwa kebenaran itu tidak dipersioalkan atau tidak perlu dibuktikan lagi.
Pengertian pendekatan adalah  cara umum dalam memandang permasalahan atau objek  kajian, laksana pakai kacamata merah -  semua tampak kemerah-merahan. ( Ujang Sukandi (2003:39) dalam http:// banjarnegarambs.wordpress.com/2008/09/10/pendekatan pembelajaran/)
Lebih lanjut Brown (2009:9) dalam Ambar Setyowati Sri H (2007) memperjelas konsep pembelajaran dengan menambahkan kata kunci yang harus diperhatikan, yaitu: (1) pembelajaran menyangkut hal praktis, (2) pembelajaran adalah penyimpanan informasi, (3) pembelajaran adalah penyusunan organisasi, (4) pembelajatran memerlukan keaktifan dan kesadaran , (5) pembelajaran relatif permanen, (6) pembelajaran adalah perubahan tingkah laku.
Mulyasa (2003:100) dalam Ambar Setyowati Sri H (2007) menjelaskan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali factor yang mempegaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan  pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach), (http://www.google.co.id /#hl=id&source=hp&q=Pengertian+Pendekatan&meta=&aq=f&aqi=g10&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=86b23f41f9ecc767)
Pengertian pendekatan pembelajaran secara tegas belum ada kesepakatan dari para ahli pendidikan. Namun beberapa ahli mencoba menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran (instructional approach), misalnya ditulis oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984: 5) dalam http: // banjarnegarambs.wordpress.com / 2008 / 09 / 10 / pendekatan-pembelajaran/, menurutnya pendekatan pembelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian, yaitu pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang. Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dimaknai sebagai suatu Kerangka  umum dalam Praktek  Profesional guru, yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian  Kurikulum. Hal tersebut berguna untuk: (1) mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran; (2) membantu para guru  menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran di kelas; (3) sebagai panduan bagi guru dalam menghadapi perubahan kurikulum; dan (4) sebagai bahan masukan bagi para penyusun kurikum untuk mendesain  kurikulum dan pembelajaran yang terintegrasi.
Pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang, oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang di maknai selain sebagai Kerangka umum untuk Praktek Profesional guru, juga dimaksudkan sebagai studi komprehensif tentang praktik pembelajaran, maupun petunjuk pelaksanaanya. Selain itu dokumen itu juga dimaksudkan untuk mendorong para guru untuk: (1) mengkaji lebih jauh tentang pendekatan-pendekatan pembelajaran yang lainnya; (2) menjadi bahan refleksi tentang pembelajaran yang sudah dilakukannya; (3) merupakan seni, seperti hal nya  ilmu mengajar yang terus berkembang, dan (4) juga sebagai katalisator untuk mengembangkan profesional guru  lebih lanjut.
    Gambaran  mengenai pendekatan pembelajaran yang lebih jelas terdapat dalam artikel pendidikan yang diterbitkan oleh Saskatchewan education (1980) dalam http://banjarnegarambs.wordpress.com /200 /09/ 10 / pendekatan-pembelajaran/, pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka besar tentang tugas profesional guru yang di dalamnya meliputi: model-model pembelajaran, Strategi-strategi pembelajaran, metode-metode pembelajaran dan juga keterampilan-keterampilan mengajar.  Pendekatan pembelajaran juga merupakan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dengan menyusun dan memilih model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran maupun keterampilan mengajar tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Menurut Philip R. Wallace (1992: 13) http://banjarnegara mbs.wordpress.com/2008/09/10/pendekatan-pembelajaran/, pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi 2, yaitu: Pendekatan konservatif (conservative approaches) dan pendekatan liberal (liberal approach). Pendekatan konservatif memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima. Sedangkan pendekatan liberal (liberal approaches) adalah pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri.
Dari semua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah seperangkat asumsi atau pandangan guru tentang hakikat bahasa yang diajarkan kepada siswa dalam suatu proses interaksi belajar-mengajar di kelas yang difasilitasi guru dengan dengan baik (materi, metode, media, evauasi) sehingga pencapaian tujuan pembelajaran (bahasa) bisa dicapai.

Pengertian Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu : 1) Landasan teori yang logis yang disusun oleh guru, 2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, 4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Pembelajaran merupakan proses, cara, menjadikan orang belajar. Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi secara bersama-sama. Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan (Purwadarminta, 1976: 22). Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, tentunya ada yang mengajar yaitu guru, dan ada yang diajar atau yang belajar yaitu siswa. Dengan demikian, pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa), mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik ( http:// id.wikipedia.org//wiki//pembelajaran, diakses 7 Februari 2010 ). Dalam pembelajaran diperlukan proses mengatur lingkungan agar terjadi interaksi siswa dan lingkungannya. Pada suatu saat siswa menerima rangsangan dari lingkungan luas sementara pada saat lain rangsangan itu terlalu kecil, untuk itu diperlukan lingkungan yang seimbang sesuai dengan kondisi siswa agar tidak terlalu besar memberi rangsangan, akan tetapi tidak terlalu kurang dari rangsangan. Lingkungan yang terlalu besar memberi rangsangan dapat mengakibatkan siswa menjadi tergantung, sehingga kurang membangkitkan kreativitas siswa dan siswa akan menjadi kurang percaya pada diri sendiri. Sedangkan lingkungan yang terlalu kecil dan kurang dari rangsangan menyebabkan anak kurang memiliki motivasi belajar sehingga menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan-kegiatan diluar kegiatan pembelajaran.
Duffy dan Roehler (1989) dalam http://whandi.net diakses 7 Februari 2010,  mengatakan pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja  melibatkan dan menggunakan  pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Istilah keterampilan dalam Pembelajaran Keterampilan diambil dari kata terampil (skillful) yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem dan perilaku obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur kreatifitas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan (adversity) serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan tuntas. Istilah cepat merujuk kepada kecakapan mengantisipasi perubahan, mengurangi kesenjangan kekurangan (gap) terhadap masalah, maupun obyek dan memproduksi karya berdasarkan target waktu terhadap keluasan materi, maupun kuantitas sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Kata tepat menunjukkan kecakapan bertindak secara presisi untuk menyamakan bentuk, sistem, kualitas maupun kuantitas dan perilaku karakteristik obyek atau karya.(http://franciscusti.blogspot.com/2008/06/pembelajaran-merupakan-proses.html)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3) dalam (http://franciscusti.blogspot.com/2008/06/pembelajaran-merupakan-proses.html)
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20) dalam (http://franciscusti.blogspot.com/2008/06/ pembelajaran-merupakan-proses.html)
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha. (http://franciscusti.blogspot.com/2008/06/pembelajaran-merupakan-proses. html)
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1995 : 57) dalam Slamet dan Suwarto, 2007. Untuk itu jika dilihat dari kondisi pembelajaran maka pendidikan formal harus mampu memaksimalkan peluang bagi murid, untuk menyampaikan pengetahuan dan membentuk  keterampilan saja yang dipergunakan maka akan menurunkan kualitas pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas sederhana untuk memodifikasikan berbagai kondisi  yang diarahkan untuk tercapainya tujuan kurikulum. Kondisi pembelajaran dalam pendidikan formal harus mampu memaksimalkan peluang bagi siswa untuk berlangsungnya interaksi yang hakiki bukan sekedar menyampaikan pengetahuan dan membentuk keterampilan saja yang dipergunakan, maka akan menurunkan kualitas pembelajaran.

Energi dan Bunyi


d.      Energi Bunyi
                      Bunyi adalah  segala sesuatu yang dapat didengar. Contoh bunyi adalah percakapan orang, kicau burung, dan suara radio. Bunyi dapat didengar jika telinga kita sehat dan ada suara yang masuk ke telinga. Buktinya, kita tidak dapat mendengar jika telinga sakit atau telinga ditutup. Benda atau alat yang dapat menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi.

1.      Perambatan Bunyi
Bunyi dapat merambat melalu benda padat, zat cair, dan gas.
a)       Perambatan bunyi melalui benda padat
Bunyi dapat merambat melalui benda padat. Perambatan bunyi melalui benda padat dapat kamu gunakan untuk membuat mainan. Misalnya membuat mainan telepon-teleponan.
b)              Perambatan bunyi melalui benda cair
Selain merambat melalui benda padat, bunyi juga dapat merambat melalui benda cair. Ketika dua batu diadu di dalam air, bunyi yang ditimbulkan dapat kita dengar. Hal itu menunjukkan bahwa bunyi dapat merambat melalui zat cair. Sifat bunyi yang dapat merambat melalui zat cair dimanfaatkan oleh tim SAR untuk mencari dan menolong kecelakaan yang terjadi di tengah lautan. Adanya sifat itu, komunikasi antara orang yang ada di atas kapal dan penyelam dapat dilakukan sehingga pencarian korban dapat berjalan lancar.
c)              Perambatan bunyi melalui gas
Udara merupakan benda gas. Kita dapat mendengar suara orang berbicara dan burung berkicau karena getaran suara itu masuk ke telinga kita. Hal itu menunjukkan bahwa suara dapat merambat melalui udara. Demikian juga halnya pada guntur. Pada saat hari mendung, kita sering mendengar guntur. Guntur dapat kita dengar karena getaran suaranya masuk ke telinga kita setelah merambat melalui udara.
Bunyi tidak dapat merambat di ruang hampa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sebuah bel listrik yang diletakkan di dalam wadah yang hampa udara. Jika disembunyikan, bunyi bel dapat kita dengar. Namun, jika udara dalam wadah yang udaranya dikeluarkan, bunyi bel tidak terdengar walaupun bel itu digetarkan terus menerus.
Telah diketahui bahwa bunyi dapat merambat melalui zat padat, zat cair, dan gas. Bunyi juga memerlukan waktu tertentu untuk menempuh suatu jarak. Namun, cepat lambat bunyi akan berubah apabila melalui medium yang berbeda. Makin rapat atau padat medium perantara, cepat rambat bunyi makin besar. Dengan kata lain, cepat rambat bunyi tergantung pada jenis medium yang dilaluinya.
2.           Bunyi dan Peredam Bunyi
Di sekitar kita ada banyak benda yang dapat menghasilkan bunyi. Contoh benda itu adalah berbagai macam alat musik. Selain itu, ada benda yang merdam bunyi. Untuk memahami kedua jenis benda itu, pada bagian ini kita akan mencoba membuat benda yang menghasilkan bunyi dan yang meredam bunyi.
a)      Benda yang menghasilkan bunyi
Contoh benda yang menghasilkan bunyi adalah terompet dan seruling. Trompet dan seruling termasuk alat musik tiup. Kedua alat musik itu akan menghasilkan suara pada saat udara di dalamnya bergetar. Akibatnya, tinggi rendahnya nada ditentukan oleh jumlah udara yang masuk.
b)   Peredam bunyi
Peredam bunyi merupakan benda yang dapat menyerap bunyi. Dengan demikian, bunyi yang telah melewati peredam bunyi menjadi tidak terdengar. Jika dipasang di tembok ruang pertemuan, peredam bunyi menyebabkan pembicaraan di ruangan itu tidak dapat didengar dari luar. Sebaliknya, suara yang datang dari luar juga tidak dapat masuk ke ruangan itu. Itulah sebabnya peredam bunyi banyak dipasang pada dinding dan langit-langit gedung pertemuan, gedung bioskop dan ruang rekaman.