Peristiwa alam adalah peristiwa yang terjadi karena pengaruh yang ditimbulkan
oleh alam.
2. Peristiwa alam dapat bersifat merugikan dan membahayakan, tetapi bisa pula
tidak merugikan manusia.
3. Peristiwa alam yang tidak membahayakan sebagai berikut.
a. Pergantian musim
b. Terbentuknya embun
c. Terbentuknya pelangi
4. Peristiwa alam yang merugikan manusia pada umumnya berbentuk bencana alam.
Berikut ini bencana alam yang terjadi di Indonesia.
a. Banjir dan kekeringan
b. Letusan gunung berapi
c. Gempa bumi
d. Kebakaran hutan
e. Tanah longsor
5. Peristiwa alam di negara tetangga Indonesia sebagai berikut.
a. Topan nargis di Myanmar.
b. Badai di Vietnam.
c. Banjir di Malaysia.
d. Letusan gunung dan badai tropis di Filipina.
e. Badai di Australia.
f. Gempa bumi dan tsunami di Asia Tenggara.
Senin, 21 Mei 2012
Minggu, 13 Mei 2012
Pengertian atau definisi dari bunyi
Definisi bunyi adalah gelombang longitudinal hasil dari suatu getaran yang dapat merangsang indra pendengaran. Pandangan bahwa bunyi merambat seperti gelombang air pertama kali dikemukakan oleh Marcus Vitruvins Polio di Romawi, satu abad sebelum Masehi. Teori kuantitatif tentang bunyi pertama kali dikemukakan oleh Sir Isaac Newton.
Intensitas gelombang bunyi yang dapat didengar manusia rata-rata 10-12 watt/ m2, disebut ambang pendegaran. Sementara itu, intensitas terbesar bunyi yang masih terdengar oleh manusia tanpa menimbulkan rasa sakit adalah 1 watt / m+, disebut ambang perasaan.
Intensitas gelombang bunyi yang dapat didengar manusia rata-rata 10-12 watt/ m2, disebut ambang pendegaran. Sementara itu, intensitas terbesar bunyi yang masih terdengar oleh manusia tanpa menimbulkan rasa sakit adalah 1 watt / m+, disebut ambang perasaan.
PENGERTIAN BUNYI
Bunyi merupakan gelombang mekanik yang dalam perambatannya arahnya sejajar dengan arah getarnya (gelombang longitudinal).
Syarat terdengarnya bunyi ada 3 macam:
Syarat terdengarnya bunyi ada 3 macam:
- Ada sumber bunyi
- Ada medium (udara)
- Ada pendengar
Sifat-sifat bunyi meliputi :
- Merambat membutuhkan medium
- Merupakan gelombang longitudinal
- Dapat dipantulkan
Karakteristik Bunyi ada beberapa macam antara lain :
Nada adalah bunyi yang frekuensinya teratur.
Desah adalah bunyi yang frekuensinya tidak teratur.
Warna bunyi adalah bunyi yang frekuensinya sama tetapi terdengar berbeda.
Dentum adalah bunyi yang amplitudonya sangat besar dan terdengar mendadak.
Cepat rambat bunyi
Karena bunyi merupakan gelombang maka bunyi mempunyai cepat rambat yang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
Nada adalah bunyi yang frekuensinya teratur.
Desah adalah bunyi yang frekuensinya tidak teratur.
Warna bunyi adalah bunyi yang frekuensinya sama tetapi terdengar berbeda.
Dentum adalah bunyi yang amplitudonya sangat besar dan terdengar mendadak.
Cepat rambat bunyi
Karena bunyi merupakan gelombang maka bunyi mempunyai cepat rambat yang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
- Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat susunan partikel medium maka semakin cepat bunyi merambat, sehingga bunyi merambat paling cepat pada zat padat.
- Suhu medium, semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin cepat bunyi merambat. Hubungan ini dapat dirumuskan kedalam persamaan matematis (v = v0 + 0,6.t) dimana v0 adalah cepat rambat pada suhu nol derajat dan t adalah suhu medium.
Bunyi bedasarkan frekuensinya dibedakan menjadi 3 macam yaitu
- Infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya kurang dari 20 Hz. Makhluk yang bisa mendengan bunyii infrasonik adalah jangkrik.
- Audiosonik adalah bunyi yang frekuensinya antara 20 Hz sampai dengan 20 kHz. atau bunyi yang dapat didengar manusia.
- Ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya lebihdari 20 kHz. makhluk yang dapat mendengar ultrasonik adalah lumba-lumba.
Persamaan yang digunakan dalam bab bunyi sama dengan pada bab gelombang yaitu v = s/t
BUNYI PANTUL
Bunyi pantul dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
BUNYI PANTUL
Bunyi pantul dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
- Bunyi pantul memperkuat bunyi asli yaitu bunyi pantul yang dapat memperkuat bunyi asli. Biasanya terjadi pada keadaan antara sumber bunyi dan dinding pantul jaraknya tidak begitu jauh (kurang dari 10 meter)
- Gaung adalah bunyi pantul yang terdengar hampir bersamaan dengan bunyi asli. Biasanya terjadi pada jarak antara 10 sampai 20 meter.
- Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli. Biasanya terjadi pada jarak lebih dari 20 meter
Perbedaan antara Nada dengan Desah, Nada adalah bunyi yang mempunyai frekuensi teratur sedangkan Desah adalah bunyi yang mempunyai frekuensi tidak teratur.
Beberapa manfaat gelombang bunyi dalam hal ini adalah pantulan gelombang bunyi adalah
Beberapa manfaat gelombang bunyi dalam hal ini adalah pantulan gelombang bunyi adalah
- dapat digunakan untuk mengukur kedalaman laut disini yang digunakan adalah bunyi ultrasonik
- mendeteksi janin dalam rahim, biasanya menggunakan bunyi infrasonik
- mendeteksi keretakan suatu logam dan lain-lain.
- diciptakannya speaker termasuk manfaat dari bunyi audiosonik.
Persamaan yang digunakan dalam bunyi sama dengan dalam gelombang yaitu v = s/t. Untuk bunyi pantul digunakan persamaan v = 2.s/t
Pengertian Bunyi Dan Kecepatan Bunyi – pengetahuan & Pendidikan Dasar Mengenai Bunyi Ilmu Sains Fisika
Posted on January 22, 2011
A. Pengertian Dan Arti Definisi BunyiBunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran.
Apabila sebuat senar gitar kita petik maka akan terjadi getaran pada senar gitar yang menimbulkan bunyi. Jika senar dawai gitar tersebut kita pegang, maka getaran dan bunyi pada senar akan hilang.
B. Kecepatan Bunyi / Cepat Rambat Bunyi Di Udara
Pada suhu udara 15 derajat selsius bunyi dapat merambat di udara bebas pada kecepatan 340 meter per detik. Rumus cepat rambat bunyi adalah v = S/t yaitu jarak tempuh dibagi waktu tempuh. Suhu udara yang lebih panas atau lebih dingin memengaruhi kecepatan bunyi di udara. Semakin rendah suhu udara makan cepat rambat bunyi semakin cepat karena partikel udara lebih banyak.
Bunyi tidak dapat terdengar pada ruang hampa udara karena bunyi membutuhkan zat perantara untuk menghantarkan bunyi baik zat padat, cair maupun gas.
Fisika Suara
Suara merupakan suatu energi gelombang mekanis yang berupa getaran-getaran partikel yang berjalan melalui suatu media perantara, misalnya udara. Telinga manusia dapat mendengar suara bila gelombang suara tersebut mempunyai frekuensi 20–20.000 siklus per detik (Hertz). Gelombang suara yang datang akan menggetarkan gendang telinga kemudian impuls getaran tersebut dihantarkan ke indera dan pusat pendengaran. Ultrasound atau suara ultra adalah gelombang suara berfrekuensi lebih dari 20.000 Hz. Kebanyakan peralatan diagnostik dalam kedokteran memakai frekuensi 1–10 MHz (1 MHz = 1.000.000 siklus/detik). Gelombang suara yang melalui medium menyebabkan partikel yang ada di dalam medium bergerak maju mundur secara longitudinal sehingga terjadi pemadatan (kompresi) dan peregangan partikel yang berdekatan. Jarak antara dua kelompok partikel yang memadat dan meregang disebut panjang gelombang (λ = lamda). Panjang gelombang menentukan resolusi gambar USG. Makin pendek gelombang suara resolusinya makin baik. Saat ini, umumnya mesin USG yang ada memiliki λ antara 0,1–1,5 mm. Kecepatan suara ditentukan oleh kepadatan dan kompresibilitas media yang dilaluinya. Makin padat maka makin cepat kecepatan suaranya. Terdapat korelasi antara kecepatan suara (v= m/detik), frekuensi (f = Hertz), dan panjang gelombang (λ= meter) dengan rumus:
v = f
Jaringan tubuh memiliki kecepatan suara yang berbeda-beda, misalnya udara 330 m/detik, lemak 1500 m/detik, air 1495 m/detik, otot 1545–1630 m/detik, jaringan lunak 1460–1615 m/detik, dan tulang 2700–4100 m/detik.
Tulang memiliki kecepatan hantaran gelombang suara tertinggi karena merupakan jaringan tubuh yang paling padat. Selain itu, perlu diperhatikan intensitas suara. Hal ini berkaitan dengan keamanan pemakaian USG. Intensitas suara adalah kekuatan suara per luas daerah tertentu (watt/cm2). Intensitas suara yang dipergunakan di kedokteran sangat kecil (milliwatt/cm2) dan biasanya tidak ditulis dalam bentuk absolut, tetapi dalam bentuk rasio (nisbah) dari dua intensitas suara, terutama dalam bentuk logaritmanya (dB). Makin tinggi intensitas suara yang dipergunakan, makin besar paparan energi yang diterima oleh sel, dan makin berbahaya bagi sel atau jaringan tersebut.
Resonansi merupakan proses bergetarnya suatu benda dikarenakan ada benda lain yang bergetar, hal ini terjadi dikarenakan suatu benda bergetar pada frekwensi yang sama dengan frekwensi benda yang terpengaruhi.
Bingung yah ?
apabila ada suatu gitar yang dipetik pada nada D, pasti dawai ke-4 akan ikut bergetar juga..
kenapa ?? karena dawai ke-4 gitar biasanya bernada D [...]
Jenis-jenis gangguan pendengaran
Banyak orang menghubungkan gangguan pendengaran dengan usia tua. Meskipun gangguan pendengaran memang karena usia tua, ada banyak penyebab lain dari gangguan tersebut. Hal ini meliputi keturunan, akibat penyakit dan sebab lain yang tidak diketahui asal mulanya.
Gangguan pendengaran biasanya dibagi ke dalam dua kategori: gangguan pendengaran konduktif dan gangguan pendengaran sensorineural, tergantung dari bagian telinga mana gangguan pendengaran tersebut berasal. Seorang anak bisa juga memiliki gangguan pendengaran campuran yang merupakan kombinasi dari keduanya. Mengetahui jenis gangguan pendengaran adalah penting untuk memberikan penanganan yang tepat.
gertian Bunyi
Musik sangat erat dengan kihidupan masyarakat kita. Melalui alat musik kita dapat membuat berbagai macam bunyi. Bunyi terjadi karena suatu benda yang bergetar. Bunyi merambat memerlukan media perantara, kita tidak dapat mendengar bunyi di ruang hampa. Kuat lemahnya bunyi bergantung pada amplitudo bunyi, semakin besar amplitudo bunyi semakin kuat bunyi itu terdengar.
Pengertian
Gelombang Bunyi Bunyi adalah salah satu bentuk energi. Dalam perambatannya bunyi memerlukan medium. Energi bunyi tersebut berasal dari benda yang bergetar, getaran yang merambat disebut gelombang. Bunyi merupakan gelombang longitudinal. Mengapa bunyi dapat kita dengar ? Kita dapat mendengar bunyi karena bunyi tersebut merambat dari sumber bunyi sampai telinga kita. Sumber bunyi yang bergetar akan menggetarkan udara disekitarnya, selanjutnya molekul udara yang bergetar akan menjalar sampai telinga kita. Getaran molekul udara membentuk rapatan dan regangan.
Ketika beduk dipukul, atau gitar di petik, senar gitar atau beduk tampak bergetar waktu dibunyikan. Saat senar bergetar terdengarlah bunyi. Bunyi gitar akan melemah jika getarannya melemah, akhirnya bunyi pun menghilang. Bunyi dapat terdengar bila :
- ada benda yang bergetar ( sumber bunyi )
- ada medium yang merambatkan bunyi, dan
- ada penerima yang berada dalam jangkauan sumber bunyi
Pengertian Bunyi
Bunyi adalah energi gelombang yang berasal dari sumber bunyi, yaitu benda yang bergetar. Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik yang dapat merambat melalui medium. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal sehingga mempunyai sifat-sifat dapat dipantulkan (reflection), dapat dibiaskan (refraction), dapat dilenturkan (difraction), dan dapat dibiaskan (interferention).
Sifat-sifat Gelombang Bunyi
1 Pemantulan gelombang bunyi
Pemantulan gelombang bunyi dapat memberikan dampak merugikan dan menguntungkan, antara lain : timbulnya gaung/gema di dalam ruangan yang luas, pemanfaatan bunyi untuk mengukur kedalaman sumur.
Gaung/gema
Gema dapat timbul jika jarak antara sumber bunyi (biasanya sekaligus pendengar)
55 meter dari dinding pemantul. Jika diketahui kecepatan perambatan bunyi di udara rata-rata 340 m/s, sedangkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu suku kata ! 1/3 s, maka jarak yang ditempuh gelombang bunyi dari sumber bunyi ke dinding pemantul sampai ke pendengar sebesar
340 m/s x 1/3 s = 113,33 m
sehingga 133,33 m : 2 = 56,67 m
2 Interferensi gelombang bunyi
Dua sumber bunyi dari dua pengeras suara yang berasal dari sebuah audio generator akan menghasilkan gelombang-
gelombang bunyi yang koheren, yaitu dua gelombang dengan frekuensi sama, amplitudo sama, dan beda fase tetap. Jika rapatan bertemu rapatan atau regangan bertemu regangan maka terjadi penguatan bunyi (konstruktif) sehingga bunyi terdengar semakin keras. Jika regangan bertemu rapatan maka terjadi pelemahan bunyi (destruktif) sehingga bunyi terdengar semakin lemah.
Secara matematis penguatan terjadi jika selisih panjang gelombang sebesar 2nl dan pelemahan terjadi jika selisih panjang gelombang (2n+1)l.
Pada kegiatan paduan suara, seorang konduktor memberikan aba menyamakan suara maksudnya menyamakan tinggi-rendahnya suara atau frekuensi sehingga terjadi interferensi bunyi. Tetapi kadang-kadang suara yang terdengar tidak tepat sama tinggi-rendahnya, berarti telah terjadi pelayangan bunyi yang frekuensi pelayangannya dapat dihitung dengan persamaan
fpelayangan = ftinggi – frendah
Beberapa alat musik berbentuk pipa organa, misalnya seruling, terompet, drum, gitar akustik, dan lain-lain. Pipa organa adalah sebuah pipa yang berisi kolom udara. Terdapat dua jenis pipa organa yang masing-masing menimbulkan pola interferensi gelombang bunyi yang berbeda.
Resonansi
Resonansi adalah ikut bergetarnya molekul udara dalam kolom udara akibat getaran benda, dalam beberapa alat musik akan menimbulkan efek bunyi yang merdu. Pada alat musik berbentuk pipa organa tertutup, yaitu salah satu atau kedua ujung pipanya tertutup, resonansi terjadi jika : l = ¼ l, l, l, dst……, dengan l adalah panjang pipa dan l adalah panjang gelombang bunyi.
Cepat Rambat Bunyi
Cepat rambat bunyi dapat dicari dengan rumus :v = f . l
dengan v : cepat rambat bunyi (m/s)
f : frekuensi bunyi (Hz)
l : panjang gelombang bunyi (m).
Intensitas Bunyi
Tinggi rendahnya bunyi ditentukan oleh frekuensi sedangkan intensitas atau kuat lemahnya bunyi ditentukan oleh amplitudo. Intensitas bunyi dinyatakan dengan persamaan : I = P / A
dengan :
P = daya bunyi (watt)
A = luas bidang yang ditembus gelombang
bunyi (m2) ® A = 4pr2
I = intensitas bunyi (watt/m2)
Batas intensitas bunyi yang dapat didengar oleh manusia adalah antara 1 watt/m2 sampai dengan 10-12 watt/m2. Intensitas terkecil ini disebut intensitas ambang pendengaran.
Kamis, 03 Mei 2012
Hakikat Media Cerita Bergambar
1. Hakikat Media Cerita Bergambar
a.
Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang
secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengantarkan
pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan.
Ada
beberapa pengertian tentang media secara khusus, yaitu:
1)
AECT (Association for Education and Communication and
Technologi) dalam Sri Anitah ( 2009:4) mendefinisikan ‘media sebagai segala
bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi’.
2)
Menurut Briggs dalam Sri Anitah (2009:4) menyatakan
bahwa ‘media pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau
menyempurnakan isi pembelajaran’.
3)
Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad (2005:3) berpendapat
bahwa ‘media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap’.
4)
Azhar Arsyad (2005:3) mengemukakan pengertian “media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal”.
5)
Arif S. Sadiman, dkk (2007: 7) mengungkapkan pengertian
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
6)
Menurut Sri Anitah (2009:5) “Media adalah setiap orang,
bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan
pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.
Bertolak pada beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk
memperjelas pembelajaran yang disampaikan kepada siswa dan membantu siswa untuk
dapat menangkap pesan pembelajaran dengan baik.
b.
Jenis-jenis Media
Menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 40) menyatakan bahwa
media pembelajaran diidentifikasi dalam berbagai jenis yaitu dilihat dari sisi
aspek bentuk fisik dan sisi aspek panca indera. Pembagian jenis media pembelajaran sebagai berikut: 1) Media
Pembelajaran dilihat dari sisi aspek bentuk fisik, dengan membagi jenis sebagai
berikut: a) Media elektronik, seperti televisi, film, radio, slide, video, VCD,
DVD, LCD, komputer, Internet, dan lain-lain. b) Media non elektronik, seperti
buku, handout, modul, diktat, media grafis dan alat peraga. 2) Ada yang melihat
dari aspek panca indera dengan membagi menjadi tiga yaitu: a) Media audio
(dengar), b) Media visual (melihat), termasuk media grafis, c) Media
audio-visual (dengar-melihat). 3) Ada
yang melihat dari aspek alat dan bahan yang digunakan, yaitu: a) Alat perangkat
keras (hardware) sebagai sarana yang menampilkan pesan, dan b) Perangkat lunak
(software), sebagai pesan atau informasi.
Menurut Sulaiman dalam Alfiah dan Yunarko B. S. (2009:
17) mengklasifikasikan gambar ke dalam alat-alat yang dapat diperlihatkan rupa
dan bentuk. Alat ini akan terbagi menjadi visual dua dimensi, ada dua yaitu
bidang transparan dan bidang tidak transparan. Gambar termasuk pada alat visual
dua dimensi pada bidang tidak transparan.
Menurut Suparno dalam Alfiah dan Yunarko B. S.
(2009:18), gambar termasuk media pandang non proyeksi. Gambar-gambar yang
termasuk dalam klasifikasi media pandang non proyeksi ini antara lain sebagai
berikut; a) Gambar Seri (flow chart) adalah media yang terbuat dari kertas
manila besar dan lebar yang berisi beberapa buah gambar. Gambar-gambar satu
dengan yang lain saling berhubungan sehingga merupakan rangkaian cerita. Media
ini sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran keterampilan ekspresi lisan, b) Cerita
Gambar (wall chart) adalah media gambar, bagan, atau skema yang biasanya
digantungkan pada dinding. Media ini dapat digunakan untuk melatih penguasaan
kosakata dan penyusunan kalimat. Salah satu jenis wall chart ini adalah cerita
gambar, c) Flash Chart (stick figure) adalah gambar-gambar yang berupa
garis-garis sederhana, tetapi sudah menggambarkan pesan yang jelas. Gambar
tersebut tidak boleh disertai tulisan apa pun. Media ini cocok untuk melatih
keterampilan dengan menggunakan pola kalimat tertentu. d) Kartu Gambar adalah
media yang terbuat dari kartu-kartu kecil. Media ini berfungsi untuk melatih
keterampilan membaca permulaan. Setiap kartu berisikan gambar yang diperoleh
dengan jalan menempelkan guntingan gambar dan majalah atau tempat lain.
Berpijak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
cerita bergambar (wall chart) termasuk ke dalam jenis media gambar yaitu media pandang
non proyeksi dan media visual dua dimensi pada bidang tidak transparan.
c.
Fungsi Media
Menurut Levie & Lentz dalam Azhar Arsyad (2005:
16-17) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual,
yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi
kompensatoris. 1) Fungsi atensi media
visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang
ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran, 2) Fungsi afektif media visual
dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks
yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap
siswa, 3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan
penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung
dalam gambar, 4) Fungsi kompensatoris media
pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan
konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Media berfungsi untuk tujuan intruksi dimana informasi
yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak maupun
mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat
terjadi. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang secara lebih sistematis
dan psikologis pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan media,
sehingga peran masing-masing antara guru dengan media pembelajaran dapat
terlaksana dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif, efisien dan
menyenangkan.
Menurut Azhar Arsyad (2005:15) menyatakan bahwa fungsi
utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan
oleh guru.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi media yaitu sebagai alat
bantu pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran yang berperan untuk
membantu mempermudah penangkapan dan pemahaman siswa terhadap isi pelajaran.
d.
Manfaat Media
Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad
(2005:24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,
yaitu: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar; 2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga akan
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran; 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap
jam pelajaran; 4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab
tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Menurut Azhar Arsyad (2005: 26-27) menyatakan bahwa
ada beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses
belajar mengajar sebagai berikut: 1) Media pembelajaran dapat memperjelas
penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan
proses dan hasil belajar; 2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan
mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan
siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya; 3) Media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; a) Objek
atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat
diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model; b) Objek
atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan
dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar; c) Kejadian langka yang
terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan
melalui rekaman video, film, foto, slide disamping secara verbal; d) Objek atau
proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkret
melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer; e) Kejadian atau percobaan
yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer,
film, dan video; f) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi
atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong
menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide,
atau simulasi komputer. 4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan
pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan
lingkungannya misalnya melalui karya wisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau
kebun binatang.
Dari pendapat di atas, jelaslah bahwa media
pembelajaran digunakan untuk membantu guru untuk dapat menyampaikan informasi
atau isi pesan dalam pembelajaran secara jelas, menarik, dan bervariasi
sehingga dapat menjadi sarana untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran dan
dapat meningkatkan proses serta hasil belajar.
e.
Media Cerita bergambar
Media cerita bergambar merupakan rangkaian
kegiatan/cerita yang disajikan secara berurutan kemudian siswa dilatih
mengungkapkan adegan dan kegiatan tersebut yang apabila dirangkaikan akan
menjadi suatu cerita. Gambar dalam cerita akan lebih menarik lagi jika
didasarkan khususnya pada kegiatan kehidupan siswa.
Menurut Andre Rinanto dalam Trining Agustin (2007: 10)
memberi batasan pengertian media cerita bergambar adalah “Salah satu jenis
bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi, media cerita bergambar
merupakan jenis bahasa yang diekspresikan lewat tanda dan simbol”.
Media cerita bergambar merupakan salah satu media yang
tepat yang dapat digunakan untuk menstimulus kemauan dan kemampuan membaca
nyaring pada siswa. Media cerita bergambar dalam penelitian ini adalah
rangkaian kegiatan atau cerita pada gambar yang disertai kalimat sederhana
dengan penyajian secara berurutan.
f.
Manfaat Media Cerita Bergambar
Media cerita bergambar termasuk ke dalam jenis media
gambar, sehingga memiliki manfaat sama seperti media gambar pada proses
pembelajaran. Hamalik dalam Alfiah dan Yunarko B. S. (2009: 19) menyatakan
bahwa gambar memiliki sejumlah manfaat. Manfaat tersebut antara lain, (1) dapat
digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah karena itu bernilai terhadap semua
pelajaran di sekolah. (2) Bernilai ekonomis, mudah didapatkan dan murah, dan
(3) mudah digunakan, baik perseorangan maupun kelompok, satu gambar dapat
digunakan oleh siswa dalam satu kelas.
Sulistyowati (2006: 22) berpendapat bahwa manfaat yang
diperoleh dalam proses belajar membaca dengan menggunakan media cerita
bergambar yaitu anak dapat memahami isi gambar sehingga anak dapat lebih
termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita
bergambar.
Bertolak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat
penggunaan media cerita bergambar adalah dapat memperjelas penguasaan dan pemahaman
siswa mengenai pesan bacaan dan cara membaca yang baik serta dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam
belajar.
g.
Teknik Penggunaan Media Cerita Bergambar
Amir Hamzah Sulaiman dalam Trining Agustin (2007: 10)
menyatakan bahwa ‘Untuk dapat menggunakan media cerita bergambar secara
efektif, peneliti harus mempunyai tujuan yang jelas atas dasar penggunaannya’.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar, media cerita bergambar
digunakan dengan cara menunjukkan gambar dan siswa diajak memaparkan isi
kejadian pada gambar. Setelah itu, siswa diajak mengenal suku kata, kata, dan
kalimat sederhana pada teks cerita yang tersedia.
Media cerita bergambar dalam meningkatkan keterampilan
membaca nyaring pada kelas awal disarankan dibuat secara berseri sesuai dengan
kalimat cerita yang dibuat secara berurutan, artinya media yang berupa gambar
yang disertai kalimat tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain
sehingga menjadi suatu rangkaian cerita. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan
karakteristik anak yang mudah bosan dan
kurang tertarik jika hanya dihadapkan dengan kata-kata dalam beberapa kalimat.
Dalam proses belajar mengajar, media cerita bergambar
diletakkan di depan kelas bagian tengah dengan tampilan jelas, agar terlihat
oleh semua siswa. Oleh karena itu, media ini dibantu dengan gantungan untuk
dapat menggantungkan serangkaian cerita bergambar. Untuk lebih jelas mengenai bentuk
media cerita bergambar dapat dilihat pada lampiran.
Keterampilan Membaca Nyaring
1. Hakikat Keterampilan Membaca Nyaring
a.
Pengertian Keterampilan
Keterampilan berasal dari kata “terampil” yang berarti
cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. “Keterampilan berarti
kecakapan untuk menyelesaikan tugas” (Depdiknas, 2007: 935). Oemar Hamalik
(2009: 139) menyatakan bahwa “Keterampilan adalah serangkaian gerakan, tiap
ikatan (link) unit stimulus-respons berperan sebagai stimulus terhadap ikatan
berikutnya”.
Muhibbin Syah (2005: 119) mengemukakan bahwa ”Keterampilan
adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot
yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah. Sedangkan Reber dalam Muhibbin
Syah (2005:119) berpendapat bahwa ‘Keterampilan adalah kemampuan melakukan
pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan
keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi
gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat
kognitif’.
|
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan adalah kecakapan, kemampuan, dan keahlian seseorang dalam
melakukan suatu tindakan untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan baik
dalam pemikiran dan tingkah laku.
b.
Pengertian Membaca
Dalam Depdiknas, kamus besar bahasa Indonesia
(2007:83) mengartikan “Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati), mengeja/melafalkan apa yang
tertulis, mengucapkan, mengetahui, meramalkan dan memperhitungkan serta memahami”.
Sedangkan Nurhadi (1995: 340) menyatakan bahwa “Membaca adalah suatu
interpretasi simbol-simbol tertulis atau membaca adalah menangkap makna dari
rangkaian huruf tertentu”.
Tutik Setiowati (2007: 12) mengemukakan bahwa “Membaca
adalah suatu aktivitas yang melibatkan penglihatan, ingatan, kecerdasan, dan
pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan penulis melalui
lambang-lambang” (www.digilib.unnes.ac.id).
Menurut Hodgon dalam Henry Guntur Tarigan (1994: 7) Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan , yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa
tulis. Suatu proses yang menuntun agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan
akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang
tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan
baik.
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses
penyandian kembali dan pembacaan sandi (a
recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis
yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata
tulis (written word) dengan makna
bahasa lisan (oral language meaning)
yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Anderson dalam Henry Guntur Tarigan 1994: 7).
Sri Utari Subyakto-Nababan (1993:164) menyatakan bahwa
“membaca adalah suatu aktivitas yang rumit dan kompleks karena bergantung kepada
keterampilan berbahasa pelajar dan pada tingkat penalarannya”.
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks,
yang rumit, yang mencakup atau melibatkan seragkaian keterampilan-keterampilan
yang lebih kecil. Dengan kata lain membaca mencakup tiga komponen, yaitu: (1) Pengenalan
terhadap aksara atau tanda-tanda baca, (2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda
baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal, (3) Hubungan lebih lanjut dari
A dan B dengan makna atau meaning (Broughton dalam Henry Guntur Tarigan 1994: 10).
“Membaca
merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang reseptif. Disebut
reseptif karena dengan membaca, seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh
ilmu pengetahuan dan pengalaman baru” (St. Y. Slamet, 2007:58). Semua yang
diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi daya
pikirnya, mempertajam pandangannya dan memperluas wawasan.
Berpijak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca
adalah suatu proses memperoleh informasi yang disampaikan penulis dengan
melafalkan dan memahami isi dari apa yang tertulis.
c.
Jenis-jenis membaca
Membaca memiliki beberapa jenis dengan dikelompokkan
dari berbagai segi, diantaranya yaitu dari segi tataran atau jenjangnya, dari
segi pelaksanaannya dan dari segi pengajarannya serta dari segi terdengar atau
tidaknya suara.
Dari segi tataran atau jenjangnya, membaca
dikelompokkan menjadi dua, yakni membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca
permulaan yaitu mampu melafalkan huruf dengan benar dan memperoleh informasi.
Sedangkan membaca lanjut adalah keterampilan membaca yang baru dapat dilakukan
apabila pembaca telah dapat membaca teknik/membaca permulaan (Depdiknas, 2003:47).
Pembelajaran membaca permulaan dilaksanakan pada kelas awal sekolah dasar yaitu
kelas I dan II, sedangkan membaca lanjut dilaksanakan tingkat berikutnya yaitu
kelas III-VI.
Dari segi pelaksanaannya, membaca dibagi atas: 1) Membaca
Nyaring (Membaca Pelafalan atau Loud
Reading): Membaca nyaring atau membaca pelafalan diucapkan dengan suara
lantang dengan intonasi dan jeda yang tepat, sangat memperhatikan tanda baca,
dilaksanakan dengan lancar, mudah ditangkap oleh audiens atau penyimak. Membaca
pelafalan mempunyai fungsi sosial yang tinggi, karena ketika kita melaksanakan
kegiatan ini para pendengar juga bisa mendapatkan butiran-butiran informasi,
ide dan ilmu pengetahuan disamping diri kita. Pada saat Nurcholis Majid dan
Darmanto Jatman, S. U. membacakan makalah seminar, Rendra dan Cak Nun
membacakan puisi, Atika Suri dan Ade Novita membaca berita, maka sekian ratus
ribu orang bisa mengambil manfaat dari pembacaan berita tersebut.
Membaca nyaring atau membaca bersuara terdiri atas: membaca teknik dan membaca estetik. Keduanya
mementingkan: a) Kelancaran dan kebenaran pengucapan kata, b) Suara yang jelas
dan fasih sehingga pesan-pesan naskah mudah ditangkap audiens, c) Intonasi (kuat lemahnya tekanan, tinggi
rendahnya nada, cepat lambatnya tempo) dan penjedaan secara tepat, d) Pemahaman
makna dan penghayatan nuansa naskah, serta e) Penyampaian yang hidup dan
komunikatif. 2) Membaca dalam Hati (Membaca Sunyi atau Silent Reading): Membaca dalam hati (membaca tanpa suara) cukup
dalam batin saja, mata atau pandangan kita menyusuri untaian kata dari kiri ke
kanan (untuk huruf latin, huruf arab sebaliknya), dari atas ke bawah, tanpa
mulut berkomat kamit. Membaca sunyi bersifat personal, karena manfaat
langsungnya hanya bisa dinikmati dan direguk oleh sang pembaca.
Membaca dalam hati dibagi menjadi: a) Membaca
intensif: Membaca intensif menitik beratkan pada kualitas pembacaan berupa
intensitas pemahaman naskah, pemahaman yang mendalam dan mendetail sampai ke
relung-relungnya. Membaca intensif dimulai dengan previuw, diakhiri dengan self
resitasi yakni penjajakan kemampuan diri sendiri memahami naskah. Self
resitasi dilaksanakan dengan melontarkan pertanyaan bacaan pada diri sendiri
untuk kita jawab sendiri. Semakin banyak soal yang bisa dijawab secara benar
dan akurat, semakin baik. b) Membaca Ekstensif: Membaca ekstensif menitik
beratkan pada kuantitas, pada jumlah buku dan naskah yang kita baca dan
keanekaragamannya. Di samping secara intensif membaca buku-buku bahasa, sastra,
pendidikan dan kesenian, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP juga perlu
membaca ekstensif buku-buku filsafat, agama, sosial politik, budaya, psikologi,
kesehatan popular, lingkunga hidup, dan lain-lain, untuk memperluas wawasan,
mempertajam penalaran dan kepekaan sosial. Semakin banyak jumlah buku yang kita
baca semakin baik. c) Membaca Kritis: Membaca kritis mensyaratkan kecermatan
merespon dan ketajaman analisis terhadap materi ilmiah yang kita baca. Di sini
dikembangkan keluasan dan keterbukaan hati menghadapi fenomena ilmiah serta
keberanian melontarkan pendapat dan penilaian terhadap naskah. Dalam membaca
kritis kita dituntut untuk bisa merespon, mengevaluasi, mengkritik serta
objektif teks yang dibaca. d) Membaca Kreatif: Membaca kreatif adalah aktivitas
naskah dengan bahan-bahan yang bersifat inspiratif, yang setelah melaksanakan
kegiatan tersebut, membuat tergugah untuk kreatif, untuk berdaya cipta. Bahan
yang bersifat inspiratif adalah bacaan yang serasa mengilhami penulisan,
mendorong untuk lebih aktif dalam berkarya. Usai membaca karya-karya Kahlil
Gibran, Muhammad Iqbal, Ronggowarsito, Rendra, Putu Wijaya, Emha Ainun Najib,
Seno Gumira Ajidarma, Iwan Simatupang, Budi Darma, N. Riantiarno, maka akan
timbul minat untuk lebih giat menulis puisi, cerpen, novel, naskah drama.e)
Membaca Cepat: Membaca cepat dilaksanakan dengan menggunakan jumlah buku dan
bacaan yang cukup banyak, dalam waktu yang singkat dengan pemahaman yang tepat.
Cara pembacaan dilakukan dari atas ke bawah, dengan kecepatan 300-350-400 kata
per menit, syukur lebih. f) Membaca Apresiatif: Membaca apresiatif mementingkan
penghayatan, kemampuan merasakan keindahan naskah, bisa menghargai keberadaan
ide-ide dalam teks. Perbedaannya dengan membaca estetik yang harus dilafalkan
dengan suara lantang, membaca apresiatif dilaksanakan didalam hati. g) Membaca
Teknik: Membaca teknik mengemban tujuan informatif dan ilmiah, meningkatkan
intelektualitas penyimak dengan menggunakan berita, reportase, naskah pidato,
makalah, esai atau artikel sebagai objek kajian. Membaca estetis mengusung
tujuan apresiatif, menanamkan apresiasi sastra, penghayatan nilai-nilai estetis
dan spiritualitas. Pembaca berusaha menghidupkan naskah di depan audiens,
sehinggga penyimak bisa menikmati keindahan dan memahami kedalaman makna karya
sastra. Dalam membaca estetis kita gunakan puisi, cerpen, fragmen, novel,
penggal drama, terjemahan kitab suci, naskah-naskah renungan filosofi sebagai
bahan-bahan untuk beraktivitas.
Membaca teknik mementingkan kebenaran pelafalan serta
meningkatkan tingkat pemahaman pembaca terhadap materi-materi ilmiah, sedangkan
membaca estetis berorientasi pada tersemai suburnya ketajaman perasaan
menikmati keindahan karya sastra. Membaca estetis sering dipraktikkan dalam
lomba poetry reading (pembacaan
puisi), pembacaan cerpen, naskah drama dan terjemahan kitab suci (Aninditya Sri
Nugraheni, 2008: 57-60).
Dari segi pengajarannya, membaca dibagi menjadi: 1) Membaca
Permulaan: Membaca permulaan disajikan kepada siswa tingkat-tingkat permulaan
Sekolah Dasar. Tujuannya adalah membinakan dasar mekanisme membaca, seperti
kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya,
membina gerakan mata membaca dari kiri ke kanan, membaca kata-kata dengan
kalimat sederhana. 2) Membaca Nyaring: Membaca nyaring di satu pihak dianggap
merupakan bagian atau lanjutan dari membaca permulaan, dan di pihak lain
dipandang juga sebagai membaca tersendiri yang sudah tergolong tingkat lanjut,
seperti membaca sebuah kutipan. 3) Membaca dalam Hati: Membina siswa agar
mereka mampu membaca tanpa suara dan memahami isi tuturan tertulis yang
dibacanya, baik isi pokoknya maupun isi bagiannya. Termasuk pula isi yang
tersurat dan yang tersirat. 4) Membaca Pemahaman: Dalam praktiknya, pengajaran
membaca pemahaman hampir tidak berbeda dengan pengajaran membaca dalam hati. 5)
Membaca Bahasa: Pengajaran membaca ini pada dasarnya merupakan alat dari
pengajaran bahasa. Guru memanfaatkannya untuk membina kemampuan bahasa siswa. 6)
Membaca Teknik: Pengajaran membaca teknik memusatkan perhatiannya kepada pembinaan-pembinaan
kemampuan siswa menguasai teknik-teknik membaca yang dipandang patut. Dalam
pelaksanaannya pengajaran membaca teknik sering kali berimpit dengan pengajaran
membaca nyaring, dan dengan pengajaran membaca permulaan. Di pihak lain,
pengajaran membaca ini banyak pula terlibat cara-cara membaca suatu tuturan
tertulis yang tergolong rumit (I Gusti Ngurah Oka dalam Solchan T. W., dkk,
2009: 8.5).
Dari segi terdengar atau tidaknya suara, membaca dapat
dibagi atas: 1) Membaca nyaring, membaca bersuara, membaca lisan (reading out loud, oral reading, reading
aloud); 2) Membaca dalam hati (silent
reading): Pada membaca dalam hati, kita hanya mempergunakan ingatan visual
(visual memory). Dan dalam hal ini
yang aktif adalah mata (pandangan; penglihatan) dan ingatan. Sedangkan pada
membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan, juga turut aktif auditory memory (ingatan pendengaran)
dan motor memory (ingatan yang
tersangkut paut dengan otot-otot kita) (Moulton dalam Henry Guntur Tarigan
1994: 22).
Berpijak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
jenis-jenis membaca terdiri dari: 1) Membaca permulaan, 2) Membaca nyaring, 3) Membaca
dalam hati, 4) Membaca pemahaman, 5) Membaca teknik.
d.
Tujuan Membaca
Menurut Solchan T. W., dkk (2009:8.6) menyatakan
tujuan membaca di sekolah dasar kelas rendah adalah untuk membina kemampuan
siswa dalam hal-hal berikut ini: (1) Mekanisme membaca, yaitu mengasosiakan
huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya (yang dilatih adalah membaca
teknik dan nyaring), (2) Membina gerak mata membaca dari kiri ke kanan, (3)
Membaca kata-kata dan kalimat-kalimat pendek.
Henry Guntur Tarigan (1994: 9) menyatakan tujuan utama
dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi,
memahami makna bacaan. Sejalan dengan hal itu, Anderson dalam Henry Guntur Tarigan (1994:
9-10) ada beberapa tujuan membaca yang penting, yaitu: 1) Membaca untuk
menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang
tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada
tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang telah dibuat oleh sang
tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian
atau fakta-fakta (reading for details of
facts), 2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang
baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari
atau yang dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang
tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk
memperoleh ide-ide utama (reading for
main ideas), 3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi
pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan
ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah,
adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi . Hal ini disebut membaca
untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization), 4) Membaca untuk menemukan
serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang
hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para
tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka
berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi
(reading to inference), 5) Membaca
untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai
seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau
tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk
mengklasifikasikan (reading to classify),
6) Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran
tertentu. Apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh,
atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut
membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading
to evaluate). 7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh
berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana
dua cerita mempunyai persamaaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini
disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
e.
Manfaat Membaca
Suyatmi dalam Dini Anugraheni (2006: 18) mengemukakan
bahwa ada beberapa manfaat membaca, yaitu: 1) Kita dapat menemukan sejumlah
informasi dan pengetahuan yang berharga dalam praktek kehidupan sehari-hari. 2)
Kita dapat berkomunikasi dengan pemikiran, pesan, dan kesan pemikir-pemikir
kenamaan dari segala penjuru dunia lebih dari segi waktu dan ruang. 3) Kita
dapat mengetahui peristiwa besar dalam sejarah, peradapan, dan kebudayaan suatu
bangsa. 4) Kita dapat mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir dunia. 5) Kita dapat mengayakan batin, meluaskan cakrawala kehidupan
dan dapat meningkatkan taraf hidup dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan
bangsa. 6) Kita dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan yang dapat
mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai. 7) Kita dapat mengisi waktu
luang dengan kesibukan yang bermanfaat.
f.
Pengertian Membaca Nyaring
Henry Guntur Tarigan (1994: 22) berpendapat bahwa “Membaca
nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru,
murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk
menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seseorang pengarang”.
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan
menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar
pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis,
baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis (Liliana
Muliastuti dan Euis Sulastri, 2009: 9 dalam www.saujana.sg).
Tutik Setiowati (2007: 15) menyatakan bahwa membaca
“Membaca nyaring adalah cara membaca dengan bersuara, yang perlu diperhatikan
adalah pelafalan vokal maupun konsonan, nada atau lagu ucapan, penguasaan
tanda-tanda baca, pengelompokan kata atau frase ke dalam satuan-satuan ide,
kecepatan mata, dan ekspresi” (www.digilib.unnes.ac.id).
Membaca nyaring yang baik menuntut agar si pembaca
memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena dia
haruslah melihat pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para
pendengar. Pembaca juga harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat
agar jelas maknanya bagi para pendengar. Pendek kata, pembaca harus
mempergunakan segala keterampilan yang telah dipelajari nya pada membaca dalam
hati sebagai tambahan bagi keterampilan lisan untuk mengkomunikasikan pikiran
dan perasaan pada orang lain.
Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat
memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah
keterampilan serta minat. Oleh karena itu,
dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan membaca nyaring sang guru
harus memahami proses komunikasi dua arah . Lingkaran komunikasi belumlah
lengkap kalau pendengar belum memberi tanggapan secukupnya terhadap pikiran
atau perasaan yang diekspresikan oleh si pembaca. Tanggapan tersebut mungkin
hanya dalam hati, tetapi bersifat apresiatif, mempunyai nilai apresiasi yang
tinggi (Dawson dalam Henry Guntur Tarigan 1994: 23).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa membaca nyaring adalah suatu kegiatan menyuarakan kalimat-kalimat dalam
bacaan dengan intonasi dan lafal yang tepat serta dapat memperoleh
pesan/informasi dari bacaan.
g.
Keterampilan Membaca Nyaring
Membaca nyaring merupakan keterampilan yang serba
rumit, kompleks, banyak seluk beluknya. Pertama-tama menuntut pengertian aksara
di atas halaman kertas dan sebagainya dan kemudian memproduksikan suara yang
tepat dan bermakna. Jangan kita lupakan bahwa membaca nyaring itu pada hakikatnya
merupakan suatu masalah lisan atau oral
matter. Oleh karena itu, maka khusus
dalam pengajaran bahasa asing, aktivitas membaca nyaring lebih dekat atau lebih
ditujukan pada ucapan (pronounciation)
daripada ke pemahaman (comprehension).
Mengingat hal tersebut maka bahan bacaan haruslah dipilih yang mengandung isi
dan bahasa yang relatif mudah dipahami (Broughton dalam Henry Guntur Tarigan
1994: 23).
Membaca nyaring merupakan suatu aktivitas yang
menuntut aneka ragam keterampilan. Keterampilan-keterampilan tersebut telah
dilatih sejak tingkat dasar pendidikan agar pada tingkat sekolah lanjutan siswa
telah mempunyai modal yang sangat penting. Keterampilan-keterampilan pokok
telah ditanam di sekolah dasar, pemupukan serta pengembangan dilakukan
disekolah lanjutan (pertama dan atas). Keterampilan-keterampilan yang dituntut
pada pembelajaran membaca nyaring kelas II adalah (1) Membaca dengan terang dan
jelas; (2) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi; (3) Membaca tanpa
tertegun-tegun, tanpa terbata-bata.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring
adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah: (1) Menggunakan ucapan yang
tepat, (2) menggunakan frase yang tepat, (3) Menggunakan intonasi suara yang
wajar, (4) Dalam posisi sikap yang baik, (5) Menguasai tanda-tanda baca, (6)
Membaca dengan terang dan jelas, (7)
Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif, (8) membaca dengan tidak
terbata-bata, (9) Mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya, (10)
Kecepatan tergantung dari bahan bacaan yang dibacanya, (11) Membaca dengan
tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan, (12) Membaca dengan penuh kepercayaan
pada diri sendiri (Liliana Muliastuti dan Euis Sulastri, 2009: 9 dalam
www.saujana.sg).
Bertolak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan membaca nyaring adalah berbagai kecakapan berbahasa dalam
melisankan atau menyuarakan kalimat dalam bacaan dengan intonasi dan jeda yang
tepat agar mudah kepada pembaca dan pendengar menangkap pesan/informasi bacaan.
Langganan:
Postingan (Atom)