b.
Pengertian Kontekstual
Menurut Blanchard (2001) dalam Triyanto (2007)
menyatakan bahwa pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotifasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,
warga negara, dan tenaga.
(University of washington (2001) dalam Triyanto (2007), Pengajaran
kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan
SMU untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah
agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah masalah yang
disimulasikan
Menurut Blanchard (2001) dalam Triyanto (2007)
menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi
dalam hubungan yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya.
Menurut Triyanto (2007:105),
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Dari
pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata untuk menguatkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari
c.
Strategi Pendekatan Kontekstual
Menurut Triyanto (2007:105-115), Pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian
sebenarnya (Authentic Assessment)
Adapun penjelasan tiap-tiap komponen
tersebut di atas diantaranya sebagai berikut :
1)
Konstruktivisme (contruktivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir
atau filosofi pendekatan kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta. Konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkonstruksikan pengetahuan itu dan member makna melalui pengetahuan
nyata.
Dengan demikian siswa dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut
dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak siswa sendiri. Esensi
dan teori ini bahwa siswa harus menemukan dan mentranformasikan suatu informasi kompleks ke
situasi lain, dan bila perlu informasi itu menjadi milik sendiri. Oleh karena
itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengonstruksi” bukan “menerima”
pengetahuan.
Dalam pandangan konstruktivisme
“strategi memperoleh” lebih diutamakan dari pada seberapa banyak siswa
memperoleh dan mengingat pengetahuan. Pendekatan untuk memperoleh pengetahuan
itu dapat dilakukan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
artinya struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur
pengetahuan yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah struktur pengetahuan
yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hasil
pengalaman baru.
2)
Menemukan (Inquiri)
Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran barbasis kontekstual. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Untuk itu guru
harus merancang kegiatan menemukan apapun materi pembelajaran.
Untuk
merancang pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan ini, ada empat
langkah yang dapat diikuti antara lain: 1) merumuskan masalah, 2) mengamati dan
mengobservasi, 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel dan karya lainnya, dan 4) mengkomunikasikan atau
menyajikan hasil karya para pembaca, teman sekelas, guru kelas audien lainnya.
3)
Bertanya (Questioning)
Questioning atau bertanya merupakan strategi utama utama dalam
pendekatan kontekstual. Bertanya dalam kegiatan pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bertanya dalam kegiatan pembelajaran bermanfaat untuk : 1) menggali informasi,
2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon pada siswa, 4) mengetahui
sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui
siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7)
untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4)
Masyarakat belajar ( learning community )
Konsep learning community atau masyarakat belajar menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Dengan demikian,
hasil belajar diperoleh dari “sharing”
antar teman, antar kelompok, antara yang
tahu dan yang belum tahu baik diruang kelas, juga dengan orang yang ada diluar
kelas, maupun yang menjadi anggota masyarakat belajar. Untuk itu, pembelajaran
selalu disarankan dalam kelompok- kelompok belajar yang anggotanya bersifat
heterogen sehingga yang pandai dapat membimbing yang lemah, yang tahu dapat
membimbing yang belum tahu, yang cepat menangkap dan mendorong yang lambat,
yang mempunyai gagasan dapat memberi usulan pendapat, dan seterusnya. Jadi learning community ini dapat terwujud
apabila dalam pembelajaran itu terjadi proses komunikasi dua arah. Sehingga
dalam pembelajaran itu tidak ada pihak yang di mana dalam komunikasi, dan tidak
ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap
paling tahu, semua pihak saling mendengarkan.
5)
Permodelan
Yang dimaksud permodelan dalam
pembelajaran kontekstual ini adalah bahwa dalam pembelajaran baik itu berkaitan
dengan pengetahuan ataupun keterampilan diperlukan model yang biasa ditiru oleh
siswa. Permodelan ini dapat
berkenaan dengan cara mengerjakan atau melakukan sesuatu. Dalam pendekatan ini
guru bukannya satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan
siswa, dapat pula model didatangkan dari luar kelas tergantung materi yang
diperlukan permodelannya.
6)
Refleksi (reflection)
Refleksi atau (reflection) merupakan cara berfikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang dilakukan di masa
lalu. Siswa mengandalkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur pengetahuan
yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Dengan demikian, refleksi ini merupakan respon terhadap apa yang baru saja
diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh
dari proses. Artinya pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas sedikit demi
sedikit dalam hal ini, guru berkewajiban membantu siswa dengan menciptakan
hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan
baru, sehingga siswa merasakan manfaat pengetahuan yang baru saja diperoleh.
Jadi, yang menjadi kunci dalam refleksi ini adalah bagaimana menciptakan agar
pengetahuan yang baru itu dapat mengendap pada benak siswa.
7)
Penilaian yang sebenarnya (Authentic assessment)
Penilaian atau assessment yaitu proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar
ini perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa telah mengalami
proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru dapat
segera mengambil langkah yang tepat untuk perkembangan belajar ini perlu
diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa teleh mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru dapat segera
mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi kemacetan yang terjadi pada siswa.
Untuk itu, assessment ini dilakukan
sepanjang proses, bukan hanya pada akhir periode baik semester akhir, melainkan
assessment ini dilakukan dan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, penilaian tentang kemajuan belajar siswa dilakukan secara
proses, bukan hanya dari hasil. Untuk itu penilaian tidak hanya oleh guru,
tetapi dapat pula dilakukan teman siswa.